Mengapa Pemerintah China Membatasi Konten Digital untuk Anak dan LGBT? Ini Penjelasannya
Dalam beberapa tahun terakhir, kebijakan internet di China sering menjadi sorotan dunia. Salah satu langkah yang menarik perhatian adalah bagaimana pemerintah China secara ketat mengatur konten digital, terutama untuk generasi muda. Tidak hanya soal pembatasan waktu bermain gadget, tapi juga soal jenis tayangan yang boleh dan tidak boleh diakses, termasuk soal ekspresi gender dan konten LGBT.
Membatasi Anak dalam Dunia Digital
Di China, anak-anak tidak bebas menggunakan aplikasi populer seperti TikTok. Versi TikTok yang beredar di China bernama Douyin, dan pemerintah memberlakukan aturan ketat untuk penggunanya yang masih di bawah umur.
Anak-anak di bawah 14 tahun hanya boleh menggunakan Douyin maksimal 40 menit per hari dan tidak bisa mengakses aplikasi ini setelah pukul 10 malam. Bahkan, konten yang ditampilkan di "mode remaja" ini dipilih ketat: hanya seputar edukasi, sejarah, sains, budaya, dan pengetahuan umum.
Kebijakan ini dibuat untuk melindungi anak-anak dari kecanduan digital serta mendorong mereka mengakses konten yang lebih bermanfaat. Selain itu, China juga menerapkan pembatasan serupa pada game online — anak di bawah 18 tahun hanya boleh main game 1 jam per hari di hari libur dan akhir pekan.
Larangan "Pria Feminin" dan Penekanan Konten LGBT
Selain membatasi penggunaan gadget pada anak, pemerintah China juga mengambil langkah keras terhadap konten dan ekspresi yang dinilai tidak sesuai dengan nilai moral tradisional.
Sejak tahun 2021, China melarang tampilnya pria berpenampilan feminin di media massa. Pemerintah secara resmi menggunakan istilah “sissy men” dan menyatakan bahwa tampilan seperti ini tidak sesuai dengan estetika nasional yang diinginkan. Dengan kata lain, pria yang berpenampilan terlalu lembut atau berdandan seperti wanita tidak boleh ditampilkan di acara TV atau platform daring.
Tak hanya itu, konten yang berhubungan dengan LGBT juga dibatasi secara ketat. Sejak 2015, hubungan sesama jenis dilarang ditampilkan dalam drama TV, film, dan bahkan di platform daring. Banyak akun media sosial dan komunitas LGBT yang ditutup. Pemerintah China beralasan bahwa pembatasan ini dilakukan demi menjaga stabilitas sosial dan mencegah "pengaruh ideologi Barat".
Apa Tujuannya?
Semua kebijakan ini menjadi bagian dari strategi besar pemerintah China untuk membentuk karakter generasi muda sesuai dengan pandangan moral dan politik negara. Pemerintah ingin agar anak-anak tumbuh dengan nilai-nilai tradisional, jauh dari konten yang dinilai merusak atau "tidak sesuai budaya Tiongkok".
Di sisi lain, langkah ini juga mengundang kritik dari kelompok pegiat hak asasi manusia dan komunitas internasional yang menilai bahwa pembatasan tersebut mengekang kebebasan berekspresi dan mempersempit ruang gerak komunitas LGBT.
Kesimpulan
China adalah salah satu negara yang sangat serius dalam mengontrol ruang digital. Mulai dari membatasi waktu bermain gadget anak-anak, mengarahkan mereka ke konten edukatif, hingga membatasi ekspresi gender dan konten LGBT di media.
Apakah langkah ini efektif atau justru mengekang kebebasan? Itu tentu menjadi perdebatan global. Namun yang jelas, di China, dunia digital memang tidak sepenuhnya bebas, melainkan diarahkan sesuai dengan visi dan misi pemerintah.
What's Your Reaction?